Selasa, 21 Juni 2011

Nokia Hadirkan Ponsel Fitur dengan Prosesor 1GHz?

http://m.okezone.com/mimg/2011/06/20/57/470430/large_HMVp14awhz.jpg
Ilustrasi : Salah satu ponsel Nokia

Kendati mulai serius menggarap ponsel cerdas, Nokia tidak ingin kehilangan sentuhan impresif terhadap ponsel fiturnya. Buktinya, raksasa ponsel tersebut siap menghadirkan ponsel berbasis S40 yang dibenamkan dengan prosesor 1Ghz.

Menurut rumor yang beredar, kehadiran perangkat genggam Nokia ini akan langsung disampaikan oleh CEO Nokia Stephen Elop, yang hadir memberikan keynote di Nokia Connection 2011, di Singapura, Selasa (21/6) besok.

Kehadiran Nokia dalam menghadirkan ponsel berdapur pacu sekelas smartphone itu, nampaknya bisa ditebak bila arahnya akan dijual untuk pasar menengah ke bawah yang ada di seluruh dunia. Demikian yang dilansir Softpedia, Senin (20/6/2011.

Ponsel ini juga dikabarkan akan menggunakan layar sentuh berlapis teknologi ClearBlack yang cacitive. Ini termasuk akses untuk mengunduh software secara cepat di toko aplikasi yang
disediakan.

Tidak hanya berlari kencang dengan kekuataan prosesor 1GHz, untuk menunjang performa ponsel ini juga akan hadir dengan RAM 512MB. Boleh dikatakan ini merupakan ponsel fitur terbaik di kelasnya.

Sekedar diketahui saja, perbedaan antara ponsel fitur dengan ponsel cerdas terletak pada sistem operasi yang digunakan. Ponsel fitur biasanya hanya mengandalkan aplikasi berbasis Java atau web, sedangkan ponsel cerdas jauh lebih kaya dengan sistem operasi, seperti Symbian atau Windows Phone.

Sementara itu, kaar lain juga menyebutkan ponsel Nokia ini selain hadir dengan layar sentuh juga akan hadir dengan konsep qwerty. Sedangkan konektifitasnya, kabarnya hadir dengan jaringan sekelas 3G/HSDPA, dengan tambahan Bluetooth ataupun sambungan headphone 3.5mm jack.

Ponsel ini juga nantinya akan memberikan kelulasaan untuk terhubung dengan jejaring sosial seperti Twitter dan Facebook. Karena memang ponsel berbasis S40 ini sudah powerful dirancang untuk pengguna internet maniak.

Benarkah isu tersebut akan hadir? Bagaimana pula dengan rumor lama kehadiran Nokia C2-06?

okezone.com

7 Icon Tak Hanya Sekedar Seksi

http://2.bp.blogspot.com/-HpFYAdSVIGM/Ta1puipEzFI/AAAAAAAABWo/ztEAVM8Swdg/s320/Wallpaper%2B%2B7%2BIcons.jpg

Pernah dengar grup girls band bernama 7 Icons? Mereka adalah kumpulan wanita seksi yang menyanyikan lagu berjudul Playboy, yang kini main film di layar kaca.

7 Icon digawangi oleh tujuh orang wanita asal Surabaya, Bandung dan Jakarta. Mereka adalah Angela Tee (Surabaya), Natly (Surabaya), Vanila (Surabaya), Pj (Surabaya), Linzy (Jakarta), Gc (Jakarta), dan Mezty (Bandung).

Dengan gaya centil mereka dalam video klip yang berjudul Playboy, 7 Icon kerap kali dibilang sebagai girband yang menjual kemolekan tubuhnya. Namun mereka tidak mempermasalahkan hal tersebut, bagi mereka kata seksi berasal dari dalam diri bukan penampilan.

“Kalo seksi tergantung orang. Yang jelas seksi 7 Icon bisa segala bentuk, musik, suara, kalau pakaian malah di larang seksi, enggak boleh terlihat perut, paha. Seksi itu dari dalem, dari kita sendiri juga enggak comfort kalo seksi gitu,” ujar Angela saat berbincang di Ji Expo, Kemayoran, Jakarta Pusat, belum lama ini.

Girls band di Indonesia memang sangat jarang, untuk itulah mereka pede untuk terjun secara profesional ke industri musik.

“Di Indonesia kan masih jarang yang orangnya banyak dan genre lebih ke pop, kalo kita lebih ke modern. Pada November 2010 kita maju ke label februari-maret lah baru mulai diterima sama label, malah diminati banyak label. Akhirnya kita milih Keci, terus kita di kasih lagu sama Dewiq,” paparnya.

7 Icons mengaku sangat terinspirasi oleh Pussy Cat Dolls dan mereka mengatakan jika 7 Icons bukan hanya mengandalkan seksi seperti yang
menjadi pandangan masyarakat. Mereka
mengandalkan vokal, dance, dan gaya berbusana.

okezone.com

1 Cinta 2 Wanita (I Love You Gina)-Part 2

http://www.wikirism.com/wp-content/uploads/2011/03/Taiping-lake-Garden-Chair.jpg


"Ah, sial. Aku harus cepat, nih. Nanti aku bisa telat". Aku menambah kecepatan motorku.

Dalam waktu kurang dari 15 menit, aku sudah sampai di depan sekolah. Tapi, usahaku untuk mengebut tadi sia-sia. Aku lemas ketika ku ketahui pintu besar yang terbuat dari besi itu sudah tertutup.

"Ah, gimana ini. Pintunya sudah ditutup". Gerutuku. Aku berjalan mendekati gerbang, berharap ada seseorang yang akan membukakannya.

"Pak, talong bukain pintunya!!". Kataku sedikit memohon. Aku berteriak pada salah satu dari orang yang berseragam itu melalui sebuah celah gerbang, yang juga biasanya digunakan untuk mengintip.

Salah seorang satpam itu berjalan mendekati gerbang. "coba kau lihat, jam berapa sekarang!". Tanyanya dengan nada tinggi.

"Ya, saya tau kok, pak. Saya memang terlambat. Ini udah lebih jam 7. Tapi ijinkan saya masuk, pak. Please... Saya janji, ga akan terlambat lagi". Kataku melas memohon.

"Tetap tidak bisa. Biarpun kamu merayu memohon, gerbang ini tidak akan saya buka. Ini sudah peraturan sekolah. Kalau saya langgar, nanti saya juga yang rumit". Ucapnya tegas.

"Tapi, pak. Sa..."

"Sudahlah, sebaiknya kau pulang saja. Tak ada gunanya kau berdiri di sini". Dia memotong ucapanku.

Satpam itu berjalan menjauh dari gerbang. Aku hanya berdiri lemas dan menghela nafas. Aku berteriak memanggil satpam itu. Tapi tidak digubrisnya. Ini semua gara-gara aku tidur terlalu malam, dan asik nonton sepak bola di tv. Jadinya begini.

"Pak.. Pak.. Tolong bukain pintu gerbangnya. Saya mau masuk!!"

Aku mendengar suara dari sebelahku. Sepertinya aku mengenali suara itu. Sesaat aku memperhatikannya. Ternyata benar, itu Gina. Ia berteriak mencoba masuk. Tangannya menggedor-gedor pintu gerbang.

"Gina". Sapaku. Sentak ia kaget dan menoleh ke arahku. Ia terlalu panik sehingga tidak menyadari keberadaanku.

Deg, jantungku mulai berdetak tak beraturan.

"Radit?!". Katanya kaget.

"Kau terlambat juga?". Tanyaku. Aku mulai mendekatinya.

"Ya.". Jawabnya sambil menganggukan kepala. Lalu ia mencoba berteriak dan menggedor-gedor gerbang lagi.

"Sudahlah, Gina. Hentikan itu. Percuma kau lakukan itu. Mereka enggak akan mendengarmu. Itu hanya akan melukai tanganmu dan suaramu jadi kelu". Kataku mencoba menenangkannya.

"Tapi.."

"Ya. Aku ngerti. Aku juga sudah melakukan hal yang sama seperti yang kau lakukan, tapi hasilnya sia-sia". Jelasku. Ku lihat ia lemas dan kecewa. Wajahnya tertunduk.

"Sudahlah. Sebaiknya kita pergi dari sini. Ayo ikut aku!". Ajakku. Aku menarik tangannya. Ia hanya diam saja.

Gina POV

"Ah, gawat. Aku kesiangan. Bisa-bisa aku telat!". Aku berlari keluar rumah.


"Pak, lebih cepat lagi, ya". Pintaku pada supir taksi. Ah, jalanan macet lagi.

"Macet, neng". Katanya. Dia celingukan mencari celah jalan yang tidak macet.

Setelah lama perjalanan, taksi yang membawaku telah sampai di depan sekolah. Aku cemas saat melihat gerbang sekolah sudah tertutup. Aku keluar dari taksi dan langsung berlari mendekati gerbang.

"Pak.. Pak.. Tolong bukain pintu gerbangnya. Saya mau masuk!!". Teriakku cemas sambil menggedor-gedor gerbang. Tapi satpam itu tidak menghiraukanku.

"Gina"

Terdengar suara yang memangilku. Sentak aku langsung menoleh ke arah asal suara.

"Radit!". Kataku kaget. Entah sejak kapan ia sudah berada di sini. Atau hanya aku saja yang tidak menyadarinya.

Ah, perasaan ini muncul lagi sama seperti saat di taman sekolah. Jantungku berdetak cepat. Seperti ada sesuatu yang menyambarku. Ada apa denganku?

"Kau terlambat juga?". Tanyanya sambil mendekatiku. Saat itu juga aku menjadi gugup.

"Ya.". Jawabku sambil menganggukan kepala. Lalu aku mencoba berteriak dan menggedor-gedor gerbang lagi.

"Sudahlah, Gina. Hentikan itu. Percuma kau lakukan itu. Mereka enggak akan mendengarmu. Itu hanya akan melukai tanganmu dan suaramu jadi kelu". Katanya. Aku terkejut dengan perkataannya. Dia peduli denganku atau ini hanya perasaanku saja.

"Tapi..."

"Ya. Aku ngerti. Aku juga sudah melakukan hal yang sama seperti yang kau lakukan, tapi hasilnya sia-sia". Dia memotong ucapanku. Aku lemas mendengarnya. Sepertinya dia benar, tidak akan bisa masuk. Aku tertunduk.

"Sudahlah. Sebaiknya kita pergi dari sini. Ayo ikut aku!". Ajaknya sambil menarik tanganku. Aku terkejut dengan apa yang ia lakukan. Dia memegang tanganku, genggaman tangannya terasa hangat dan nyaman. Perasaanku menjadi tak karuan. Jantungku berdegup semakin cepat. Dan anehnya aku pasrah mengikuti ajakannya.

"Kira-kira aku mau di bawa ke mana, ya?". Pikirku bingung. Aku di gandeng menjauhi gerbang dan menuju ke sebuah motor.

Saat di jalan, kita terdiam. Tak ada suara yang terlontar dari mulut kita. Entah kenapa tiba-tiba aku sudah memeluk Radit. Tanganku melingkar berpegang pada perutnya. Aku sangat menikmati ini. Hangat dan nyaman. Jantungku berdetak di atas normal.

Sepertinya Radit baru menyadari apa yang ku lakukan. Badannya bergerak-gerak. Sentak aku langsung melepas pelukanku.

"Kenapa kau melepas pelukanmu?". Tanyanya lirih. "Kalau kau merasa nyaman, lakukan lagi". Tambahnya. Tanpa berfikir panjang, aku memeluknya kembali.

"Emang kita mau ke mana?". Tanyaku penasaran.

"Pokoknya ke tempat yang sangat indah, pasti kau menyukainya". Katanya membuatku penasaran. Pikiranku melayang memikirkan tempat apa yang akan aku temui nanti.

Motor yang kami tumpangi melaju dengan cepat di jalan yang mungkin berukuran 4 meter itu. Ku pandangi banyak pepohonan tinggi di sekitar sini. Ku rasakan udaranya sangat sejuk. Dan di pinggiran jalan terdapat rumput-rumput hijau yang sedang berdansa mengikuti hembusan angin.

Sesaat udara menjadi terasa dingin, aku memeluk Radit semakin erat. Suasana menjadi semakin indah saat ku pandangi bunga-bunga yang penuh warna itu. Dan kami berhenti di sini.

Semua ini sangat takjub. Mataku terbelak tak henti-hentinya memandang keindahan ini. Badanku berputar menelusuri tempat ini.

"Ayo". Ajaknya. Dia menggandeng tanganku lagi. Aku menatapnya. Dia tersenyum manis. Ah, kenapa aku jadi lemah seperti ini?

Kita berjalan menyusuri jalan kecil yang di pinggirnya terdapat bunga-bunga yang cantik. Hingga kami sampai di sebuah kursi panjang berwana coklat tepat di bawah pohon. Dan di depannya terdapat hamparan danau yang luas dan airnya yang bening. Ah, indah sekali.

Radit POV

Ah, akhirnya sampai juga. Udara di sini memang sangat sejuk. Aku meregangkan tubuhku melepaskan semua penat. Aku memhela nafas panjang merasakan udara yang segar.

Ku lihat, Gina tak henti-hentinya memandangi tempat ini. Aku tersenyum melihat tingkahnya yang sedari tadi berputar-putar. Sepertinya dia menyukai tempat ini.

Terpikirkan saat di perjalanan tadi. Ia memelukku dari belakang. Ah, sangat nyaman dan hangat. Membuat tubuhku bergetar karena perasaan.

"Ayo". Ajakku. Entah apa yang ku rasakan hingga aku tak malu-malu untuk memegang tangannya. Sentak ia langsung menatapku. Dan aku tersenyum manis.

Aku menariknya. Menuntunnya menyusuri jalan kecil yang menuju ke sebuah danau. Hingga terlihat sebuah kursi yang berada tepat di bawah pohon.

"Danau"

"Ya. Apa kau menyukainya?"

"Ya"

"Duduklah!"

Kita duduk di sebuah kursi yang berwarna coklat dan menghadap ke danau.

"Apa kau menyukai tempat ini?". Tanyaku lirih. Aku menatapnya tajam.

"Ya. Tempat ini sangat tenang, nyaman dan indah". Ujarnya. Ia menghindari tatapanku. Dan mengalihkan ke sekelilingnya.

"Apa kau sering ke tempat ini?". Tanyanya. Sepertinya ia mencoba menatapku.

"Ya. Aku sering ke sini. Kalau aku sedang sedih, kesepian atau hanya sekedar menenangkan diri.". Jawabku. Aku tersenyum.

Tempat ini memang sangat ramai dikunjungi orang. Tapi, tetap saja terlihat sepi. Sehingga tempat ini terasa tenang.

Kami bercerita, tertawa bersama. Dia bercerita sedikit tentang hidupnya. Begitu juga aku. Ya, Gina adalah anak dari pengusaha kaya. Dia anak tunggal. Sekarang ia duduk di kelas 1 SMA di sekolah yang sama tempat aku belajar. Tapi, aku sedikit mengganjal dengannya. Aku merasa ada sesuatu yang ia sembunyikan dariku. Sama seperti saat aku melihatnya di taman sekolah. Meskipun ia terlihat bahagia, tapi wajahnya telihat sedang menyimpan masalah. Aku memang punya kelebihan yang bisa membaca penderitaan orang, hanya membaca bukan melihat(kurang lebih seperti itu). Tapi ini bukan sesuatu yang istimewa buatku. Ok, sepertinya aku berbohong.

Angin berhembus lirih. Menjadikan suasana kian nyaman. Ku pejamkan mataku sesaat untuk merasakan keadaan. Daun-daun berjatuhan menghujani kami. Desiran ombak kecil berlarian karena angin.

"Waktu di taman sekolah, kenapa kau terlihat sangat sedih? Seperti sedang memikirkan sesuatu". Tanyaku lirih. Ia menoleh kaget ke arahku. Ku lihat matanya penuh dengan kebingungan.

"Aku tidak memikirkan apa-apa". Jawabnya gugup. Dia memalingkan pandangannya. "Waktu itu aku hanya ingin sendiri". Tambahnya.

"Apa kau yakin?"

Ia hanya menganggukan kepala.

Mungkin memang ia tak ingin aku mengetahui masalahnya. Tapi nampak jelas, aku bisa merasakannya kalau ia sedang ada masalah, mungkin sangat berat. Entah apa yang ku rasakan hingga aku benar-benar yakin kalau ia menyembunyikan seseuatu. Tapi, sudahlah. Aku tidak ingin memaksanya untuk menceritakan padaku. Biarlah waktu yang memberitahuku.

Aku melihatnya lagi. Senyum itu. Senyum manis. Ia tersenyum padaku. Membuatku sulit untuk bernafas. Seperti ada yang menyumbat paru-paruku. Jantungku berdetak tak beraturan. Mataku terbelak. Tak ingin aku mengedipkan mataku. Takut. Takut senyuman itu menghikang. Perasaan apa ini? Apakah aku menyukainya? Ah, itu tidak mungkin, aku baru mengenalnya.

"Apakah kau akan membawaku ke tempat ini lagi di lain waktu?". Tanyanya semangat.

"Tentu". Aku tersenyum manis.

Tiba-tiba dengan tenangnya, ia menyandarkan kepalanya di bahuku. Ia merapatkan tubuhnya hingga semakin dekat dengan tubuhku. Melingkarkan tangannya di tubuhku. Ah, semua ini membuatku bergetar. Deg.. Deg..Seperti ada seseorang yang meninju-ninju dadaku. Semakin sulit aku untuk bernafas. Perasaanku semakin tak karuan. Tapi aku sangat menikmati ini. Tak ingin hari ini cepat berlalu. Tak ingin waktu menelan kebahagiaan hari ini.

***

Kamis, 16 Juni 2011

1 Cinta 2 Wanita (I Love You Gina)-Part 1

http://photos-g.ak.fbcdn.net/hphotos-ak-snc3/28309_121602281206542_115336148499822_154656_231480_a.jpg

Namaku Raditya Finanda. Aku adalah seorang anak SMA di salah satu sekolahan di Jakarta. Aku sih, belum mengenal cinta. Tapi bila aku ingin merasakannya, apakah ada yang ingin menerimaku?

"Nat, Apa kau mengenal cewek itu?". Tanyaku sambil terus memandang penasaran ke arah cewek itu.

"Yang mana?". Tanyanya balik. Ku lihat matanya mulai kelayapan.

"Itu yang sedang duduk di kursi dekat pohon". Jelasku sambil menunjuk berusaha memberitahu.

"Oh, yang itu. Dia kan...". Ucapannya berhenti. Membuatku penasaran dengan kata yang tidak ia lanjutkan.

"Siapa, Nat?". Mataku menatap tajam Nathan penuh penasaran.

"Dia..."

"Siapa?"

"I don't know"

"Arrgghh, sialan kau ini !!". Omelku kesal sambil mengacak-acak rambutnya.

"Apaan, sih. Kenapa kau merusak rambutku?!". Katanya kesal sambil merapikan rambutnya yang berantakan itu.

"Lagian kau juga sih". Aku tertawa kecil melihat tingkahnya.

Nathan adalah sahabatku. Gila dan gokil, itu sikap yang ku tahu darinya. Dengan gaya rambutnya yang berdiri seperti kulit durian. Yang sering aku acak-acak kalau aku lagi kesal. Dan ia langsung bergegas merapikannya.

Aku terus memperhatikan cewek itu dari kejauhan. Dia imut, cantik, kulitnya putih, hidungnya mancung, rambutnya yang lurus terurai panjang melewati bahu. Dia sangat menawan. Dengan seragam yang ia kenakan.

Entah apa yang ku pikirkan saat ini. Hingga Jantungku berdetak tidak beraturan. Aku juga mulai susah bernafas. Apakah yang ku rasakan ini ada hubungannya dengan dia?.

"Udah, kau dekati saja dia sekarang". Nathan menepuk pundakku. Membuatku tersadar dari lamunanku.

"Hah.."

"Iya, sekarang"

"Tapi, Nat...".

"Sudah, cepat sana pergi". Nathan memotong ucapanku. Dia mendorong badanku.

Aku berjalan secara perlahan. Langkah demi langkah ku perhatikan. Angin berhembus lirih membuat suasana menjadi sejuk. Daun-daun yang jatuh berterbangan oleh angin. Menjadikan Taman sekolah ini seperti di musim gugur.

Jantungku berdetak semakin cepat, saat aku telah dekat dengannya. Dan aku semakin sulit bernafas. Perasaanku tidak karuan.

Sekejap aku sudah berada di dekatnya. Ku lihat dia tidak merespon dengan kehadiranku. Tapi badanku sedikit gemetar. Aku menoleh ke belakang terlihat Nathan tersenyum padaku sambil mengacungkan jempol.

"Hey". Sapaku gugup.

Sentak ia melihat ke arahku. Sepertinya dia baru menyadari kedatanganku.

"Bolehkah aku duduk?"

Dia hanya menganggukkan kepala.

Deg, kenapa denganku ini? Kenapa perasaanku tak beraturan seperti ini? Aku belum pernah merasakan seperti ini. Hal seperti ini tidak pernah terjadi padaku. Jantungku berdebar-debar. Dan membuat darahku mengalir dengan cepat. Sampai badanku terasa panas.

"Kenapa kau sendirian di sini?". Tanyaku mengawali pembicaraan.

Tak ada jawaban. Ku lihat sesaat raut wajahnya yang imut itu. Sepertinya dia sedang ada masalah.

"Kamu anak baru di sini, ya? Soalnya aku baru melihatmu". Tanyaku lirih. Lagi-lagi dia hanya menganggukan kepala.

"Apakah kau baik-baik saja?". Tanyaku lagi. Aku mencoba mencari tahu keadaan ini.

Dia menoleh ke arahku dan tersenyum manis. Seolah dia menunjukkan kalau dirinya tidak ada masalah. Tapi dia tidak pandai menyembunyikannya.

"Apakah ada yang ingin kau ceritakan?"

"Tidak ada"

Ah, akhirnya dia bersuara juga.

"Tapi, ku lihat sepertinya kau sedang suntuk". Kataku

"Aku ga papa". Ujarnya berusaha meyakinkanku. Tapi, tetap saja aku tidak percaya. Terlihat sekali kalau dia berbohong.

"Apa kau yakin?"

Dia menganggukan kepala.

Kita terdiam. Aku masih merasakan getaran-getaran itu. Jantungku kian bertedak lebih cepat. Tapi, aku terus mencoba menguasai keadaan ini. Aku mencoba santai.

Ku rasakan angin berhembus mengenai tubuhku. Membuatku semakin nyenyak dengan keadaan ini. Ku lihat kolam kecil yang berada di depan kita bergelombang kecil karena angin. Aku melihat ke arahnya. Ia hanya diam saja. Pandangannya kosong, entah apa yang sedang ia pikirkan. Rambutnya yang panjang itu terurai terbang tertiup angin.

"Namaku Radit". Kataku sambil mengulurkan tanganku.

Dia melihat ke arahku. Dan melanjutkannya melihat ke arah tanganku. Lalu tangannya mulai bergerak mendekati tanganku.

"Gina. Gina Alcalina". Katanya lirih.

Aku tersenyum padanya. Lalu ia membalas senyumanku. Dan saat itu wajahnya menjadi merah.

"Maaf, aku harus pergi. Aku lupa kalau ada janji sama temen". Katanya panik. Dia beranjak dari duduknya. Dia berjalan setengah berlari meninggalkanku. Sepertinya sangat buru-buru.

Aku hanya terdiam melihatnya dari belakang. Hingga menghilang dari pandanganku. Ah, kenapa dia harus pergi, padahal aku masih ingin berlama-lama dengannya. Dia sudah pergi, tapi kenapa jantungku masih bertedak cepat. Radit, kau ini kenapa?

***