
Lanjutin ahh...
Makasih yang udah baca :D
-----------------------------------
Bintang, kau jangan takut dengan gelapnya langit. Karena di sana ada bulan yang selalu menemanimu. Apa kau tahu, meskipun kau jauh tinggi di langit, aku tetap dapat melihat sinarmu. Dan aku akan selalu menemanimu di sini bersama bulan.
Malam ini sungguh terasa dingin. Udara malam berhembus lembut merasuki tubuhku. Membuat aku merinding karena dinginnya. Tapi hal itu tidak membuatku untuk berniat turun dari atap. Karena memang aku sudah terbiasa dengan ini. Terkadang aku sampai tertidur dan bangun di pagi hari. Jadi tidak heran kalau aku sering jatuh sakit. Tapi, aku naik ke atap tidak setiap hari. Hanya kalau sedang sedih atau kesepian. Karena aku suka memandang langit gelap yang bertaburan bintang-bintang kecil. Itu membuat suasana hati menjadi tenang. Tapi, sekarang aku naik ke atap rumah bukan karena sedih atau kesepian, melainkan hatiku sedang berbunga-bunga.
"Mmm.. Sudah berapa lama aku di sini". Aku melihat ke arah jam yang menempel di lenganku.
"Udah jam 10, sepertinya aku harus turun sekarang". Ujarku. Aku mulai bergerak merayap pelan. Seperti maling yang sedang mengendap-endap.
Tiba-tiba gerakanku terhenti saat pandanganku tertuju ke arah rumah yang baru saja dihuni itu. Ku lihat ada seseorang sedang berdiri di teras lantai dua rumahnya.
"Ah, benar. Itu cewek yang udah bikin aku deg-degan. Cewek yang tadi ku temui di perpus". Ujarku
Aku baru ingat kalau dia tinggal bersebelahan denganku. Kenapa aku bisa sampai lupa, ya? Ah, kau ini, Vino.
Niatku untuk turun aku urungkan. Aku putuskan untuk tetap di sini. Sambil memandangnya. Meskipun dia tidak tahu kalau ada orang yang memperhatikannya. Aku lihat dia sedang berdiri sendirian. Tanganya berpegang pagar besi yang melingkar itu. Pandanganya tertuju ke langit. Sepertinya dia juga sama denganku, sedang memandang langit.
Aku sangat bahagia. Meskipun hanya memandangnya dari jauh. Cewek itu datang dan membuat hatiku berbinang-binang. Padahal aku belum mengenalnya, tapi kenapa hatiku sudah merasa sedekat ini ?. Ku akui, sepertinya aku sudah mulai menyukainya.
"Ah, dia sedang berbicara dengan siapa, ya ?". Tanyaku penasaran. Aku lihat dia menggenggam sesuatu dan menempelkan di telinganya.
"Siapa yang ia telpon ? Temannya ? Mmm.. Sahabatnya ? Atau jangan-jangan pacarnya ?". Aku bertanya-tanya sendiri.
Pikiranku tertangkap tentang pacarnya. ""Mungkin benar yang ia ajak ngobrol sekarang adalah pacarnya". Kataku asal.
Kenapa hatiku jadi galau setelah terpikirkan itu. Apa aku tidak rela kalau ia ada yang memiliki ?. Ah, apa sih yang aku pikirkan, aku belum mengenalnya tapi pikiranku sudah sejauh ini.
"Ha ha ha..."
Ketawanya terdengar sampai daun telingaku. Sepertinya dia terlalu asik berbincang, sampai ia tidak menyadari kalau suaranya cukup keras di malam yang sunyi ini.
"Apa yang ia bicarakan, sampai tertawa seperti itu ?". Tanyaku penasaran.
Terlihat ia mengakhiri obrolan itu. Lalu dia memandang langit sejenak. Setelah itu dia berjalan menuju sebuah pintu, yang mungkin menuju ke kamarnya.
Ah, sedikit ada rasa kecewa dari benakku. Aku tak ingin dia menghilang dari pandanganku. Aku ingin ia selalu menghiasi kedua mataku. Apa suatu saat aku bisa dekat dengannya? Apa aku bisa menjadi teman dekatnya? Mmm..
"Ya sudahlah, ini memang sudah malam. Dan aku juga harus cepat meninggalkan tempat ini". Aku mulai merayap turun lagi.
Aku langsung membaringkan tubuhku di kasur yang empuk seperti trampolin itu. Pikiranku melayang membayangkan cewek itu. "Mmm.. Kenapa dia selalu muncul di pikiranku?". Aku menutup wajahku dengan bantal. Berusaha tenang.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar