Minggu, 27 Februari 2011

Di Suatu Tempat Yang Gelap (part 1)

clip1.jpg

Tiba-tiba hari menjadi gelap. Aku menggapai-gapai ruang yang sama sekali tak ada celah. Aku berlari ke kanan, hanya dinding lembabb. Aku berlari ke kiri juga dinding lembab. Aku maju sama saja. Aku mundur, sama juga. Tiba-tiba aku tersadadar, kalau aku sedan terjebak di ruatu tempat. Tapi entah di mana dan tempat apa namanya. Tempatnya begitu gelap, tak ada celah sedikitpun yang membantuku untuk melihat di luar sana. Dan... Oh my god !! Tempat ini selain lembab, bau amis sekali dan becek !


Oh, pasti sepatu dan bajuku kotor !

Tiba-tiba aku merasa kesal. Sebab, sepatu kesayanganku ini besok harus aku pake untuk sekolah. Aku tak mungkin mencucinya. Sebab selain tadi siang suasana mendung, sepatuku tak mungkin kering besok pagi sebelum aku sekolah.

Duh, gimana yah ?

Shit ! Yang jelas sekarang aku harus keluar dari tempat keparat ini. Tapi bagaimana caranya aku keluar dari tempat ini ?

Oya, jimmy, Dhani dan Ujang pasti ada di luar sana. Bukankah aku tadi sedang asik bercanda dengan mereka ?

Tetapi, kenapa tiba-tiba aku berada di sini ? Aneh !

Ya sudah, aku coba panggil mereka.

"Jimmy ! Tolong nyalain lampu dong ! Di sini gelap banget !"

Jimmy tidak menyahutku. Aku mencoba meraba-raba ke sana kemari berharap ada pintu yang bisa kubuka. Tetapi, lagi-lagi tanganku hanya menemukan dinding-dinding yang dingin.

Dinding ? Oh, ini bukan dinding atau tembok. Ini seperti tanah !

Iya, tanah. Tapi sejak kapan aku punya teman atau saudara yang rumahnya berdinding tanah ?

Gila ! Mana tanahnya basah dan kotor lagi...!

Kotor ? Iya, pasti ini tanah kotor ? Sebab setiap aku memegang dindin tanah ini, tanganku terasa lengket seperti tanah lempung. Yah, pasti kotor walaupun aku tidak bisa melihatnya karena tempat ini sangat gelap.

Aku semakin tidak mengerti kenapa aku berada di tempat seperti ini !

"Dhani Cendak...! Ujang kupret..! Tolong gue dong ! Gue mau keluar dari tempat keparat ini. Hoiii !"

Lagi-lagi, suara temen-temen yang ku panggil tidak ada satupun yang menjawab. Dan perasaanku semakin kesal ketika sudah puluhan kali aku berteriak, tak satupun menyahutku.

"Hey, bangsat ! Udah dong main-mainya. Jimmy...! Dhani...! Ujang kutu kampreeet ! Awas lo, gue bejek lo satu-satu ! Hoiiiyyy !"

Lagi-lagi, di luar sana tak satupun temanku menyahut. Aku jadi semakin kesal dibuatnya. Lalu aku mengamuk dengan menendang ke kanan dan ke kiri. Aku pasang jurus Naga memakan kebo. Sudah aku keluarkan karate, sudah aku keluarkan Tai Chi dan KungFu, dan sudah aku ayunkan pukulan angin lengan seribu dan tendangan maut Ki Jaka Gledek. Namun dinding-dinding ini tak juga ada yang berhasil aku jebol. Akhirnya aku hanya tekulai lemas tak berdaya. Akupun sesunggukkan menangis. Rasa kesal, marah dendam bercampur menjadi satu. Dan aku hanya bisa menjerit: Awas, nanti lo semua gue bunuh !!

Bersambung...

2 komentar: