Kamis, 16 Juni 2011

1 Cinta 2 Wanita (I Love You Gina)-Part 1

http://photos-g.ak.fbcdn.net/hphotos-ak-snc3/28309_121602281206542_115336148499822_154656_231480_a.jpg

Namaku Raditya Finanda. Aku adalah seorang anak SMA di salah satu sekolahan di Jakarta. Aku sih, belum mengenal cinta. Tapi bila aku ingin merasakannya, apakah ada yang ingin menerimaku?

"Nat, Apa kau mengenal cewek itu?". Tanyaku sambil terus memandang penasaran ke arah cewek itu.

"Yang mana?". Tanyanya balik. Ku lihat matanya mulai kelayapan.

"Itu yang sedang duduk di kursi dekat pohon". Jelasku sambil menunjuk berusaha memberitahu.

"Oh, yang itu. Dia kan...". Ucapannya berhenti. Membuatku penasaran dengan kata yang tidak ia lanjutkan.

"Siapa, Nat?". Mataku menatap tajam Nathan penuh penasaran.

"Dia..."

"Siapa?"

"I don't know"

"Arrgghh, sialan kau ini !!". Omelku kesal sambil mengacak-acak rambutnya.

"Apaan, sih. Kenapa kau merusak rambutku?!". Katanya kesal sambil merapikan rambutnya yang berantakan itu.

"Lagian kau juga sih". Aku tertawa kecil melihat tingkahnya.

Nathan adalah sahabatku. Gila dan gokil, itu sikap yang ku tahu darinya. Dengan gaya rambutnya yang berdiri seperti kulit durian. Yang sering aku acak-acak kalau aku lagi kesal. Dan ia langsung bergegas merapikannya.

Aku terus memperhatikan cewek itu dari kejauhan. Dia imut, cantik, kulitnya putih, hidungnya mancung, rambutnya yang lurus terurai panjang melewati bahu. Dia sangat menawan. Dengan seragam yang ia kenakan.

Entah apa yang ku pikirkan saat ini. Hingga Jantungku berdetak tidak beraturan. Aku juga mulai susah bernafas. Apakah yang ku rasakan ini ada hubungannya dengan dia?.

"Udah, kau dekati saja dia sekarang". Nathan menepuk pundakku. Membuatku tersadar dari lamunanku.

"Hah.."

"Iya, sekarang"

"Tapi, Nat...".

"Sudah, cepat sana pergi". Nathan memotong ucapanku. Dia mendorong badanku.

Aku berjalan secara perlahan. Langkah demi langkah ku perhatikan. Angin berhembus lirih membuat suasana menjadi sejuk. Daun-daun yang jatuh berterbangan oleh angin. Menjadikan Taman sekolah ini seperti di musim gugur.

Jantungku berdetak semakin cepat, saat aku telah dekat dengannya. Dan aku semakin sulit bernafas. Perasaanku tidak karuan.

Sekejap aku sudah berada di dekatnya. Ku lihat dia tidak merespon dengan kehadiranku. Tapi badanku sedikit gemetar. Aku menoleh ke belakang terlihat Nathan tersenyum padaku sambil mengacungkan jempol.

"Hey". Sapaku gugup.

Sentak ia melihat ke arahku. Sepertinya dia baru menyadari kedatanganku.

"Bolehkah aku duduk?"

Dia hanya menganggukkan kepala.

Deg, kenapa denganku ini? Kenapa perasaanku tak beraturan seperti ini? Aku belum pernah merasakan seperti ini. Hal seperti ini tidak pernah terjadi padaku. Jantungku berdebar-debar. Dan membuat darahku mengalir dengan cepat. Sampai badanku terasa panas.

"Kenapa kau sendirian di sini?". Tanyaku mengawali pembicaraan.

Tak ada jawaban. Ku lihat sesaat raut wajahnya yang imut itu. Sepertinya dia sedang ada masalah.

"Kamu anak baru di sini, ya? Soalnya aku baru melihatmu". Tanyaku lirih. Lagi-lagi dia hanya menganggukan kepala.

"Apakah kau baik-baik saja?". Tanyaku lagi. Aku mencoba mencari tahu keadaan ini.

Dia menoleh ke arahku dan tersenyum manis. Seolah dia menunjukkan kalau dirinya tidak ada masalah. Tapi dia tidak pandai menyembunyikannya.

"Apakah ada yang ingin kau ceritakan?"

"Tidak ada"

Ah, akhirnya dia bersuara juga.

"Tapi, ku lihat sepertinya kau sedang suntuk". Kataku

"Aku ga papa". Ujarnya berusaha meyakinkanku. Tapi, tetap saja aku tidak percaya. Terlihat sekali kalau dia berbohong.

"Apa kau yakin?"

Dia menganggukan kepala.

Kita terdiam. Aku masih merasakan getaran-getaran itu. Jantungku kian bertedak lebih cepat. Tapi, aku terus mencoba menguasai keadaan ini. Aku mencoba santai.

Ku rasakan angin berhembus mengenai tubuhku. Membuatku semakin nyenyak dengan keadaan ini. Ku lihat kolam kecil yang berada di depan kita bergelombang kecil karena angin. Aku melihat ke arahnya. Ia hanya diam saja. Pandangannya kosong, entah apa yang sedang ia pikirkan. Rambutnya yang panjang itu terurai terbang tertiup angin.

"Namaku Radit". Kataku sambil mengulurkan tanganku.

Dia melihat ke arahku. Dan melanjutkannya melihat ke arah tanganku. Lalu tangannya mulai bergerak mendekati tanganku.

"Gina. Gina Alcalina". Katanya lirih.

Aku tersenyum padanya. Lalu ia membalas senyumanku. Dan saat itu wajahnya menjadi merah.

"Maaf, aku harus pergi. Aku lupa kalau ada janji sama temen". Katanya panik. Dia beranjak dari duduknya. Dia berjalan setengah berlari meninggalkanku. Sepertinya sangat buru-buru.

Aku hanya terdiam melihatnya dari belakang. Hingga menghilang dari pandanganku. Ah, kenapa dia harus pergi, padahal aku masih ingin berlama-lama dengannya. Dia sudah pergi, tapi kenapa jantungku masih bertedak cepat. Radit, kau ini kenapa?

***

2 komentar: